Paparan polusi udara selama kehamilan dapat meningkatkan risiko depresi pada ibu hamil. Studi terbaru menunjukkan bahwa paparan polutan udara seperti partikel debu halus (PM2.5) dan nitrogen dioksida (NO2) dapat berdampak negatif pada kesehatan mental ibu hamil.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan menemukan bahwa ibu hamil yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi selama kehamilan. Paparan polutan udara selama kehamilan dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan neurotransmitter dalam otak, yang dapat menyebabkan gangguan mood dan depresi.
Selain itu, paparan polusi udara juga dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh, yang juga dapat berkontribusi pada risiko depresi. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil dan janin, serta meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti preeklamsia dan kelahiran prematur.
Untuk itu, penting bagi ibu hamil untuk menghindari paparan polusi udara sebisa mungkin selama kehamilan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah menghindari beraktivitas di luar ruangan pada saat udara sangat buruk, menggunakan masker penutup wajah saat berada di luar ruangan, dan memastikan lingkungan tempat tinggal terbebas dari polusi udara.
Selain itu, perlu juga adanya upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan udara, serta meningkatkan kualitas udara di sekitar tempat tinggal. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi risiko depresi pada ibu hamil dan meningkatkan kesehatan mental mereka selama kehamilan.