Kejang pada anak merupakan kondisi yang seringkali mengejutkan dan menakutkan bagi orangtua. Salah satu penyebab yang mungkin jarang disadari adalah efek samping dari obat resep yang dikonsumsi oleh anak. Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa jumlah kasus kejang pada anak akibat obat resep telah meningkat dua kali lipat di Amerika Serikat.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan bahwa antara tahun 2008 hingga 2017, terdapat peningkatan signifikan dalam kasus kejang pada anak yang disebabkan oleh obat resep. Peneliti menemukan bahwa sebanyak 77.000 anak-anak di bawah usia 18 tahun mengalami kejang setelah mengonsumsi obat resep selama periode tersebut.
Beberapa obat yang paling sering dikaitkan dengan kejang pada anak termasuk antidepresan, obat-obat penenang, dan obat-obat pereda nyeri. Peneliti juga menemukan bahwa anak-anak yang memiliki gangguan neurologis, seperti epilepsi, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejang akibat obat resep.
Kejang pada anak dapat menjadi tanda adanya reaksi alergi atau overdosis terhadap obat. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu memperhatikan dosis dan efek samping dari obat yang diberikan kepada anak. Jika anak mengalami kejang setelah mengonsumsi obat tertentu, segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, orangtua juga disarankan untuk selalu membicarakan dengan dokter atau apoteker tentang efek samping obat sebelum memberikannya kepada anak. Pastikan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat kesehatan anak, termasuk riwayat alergi atau gangguan neurologis yang mungkin dimilikinya.
Dengan meningkatnya kasus kejang pada anak akibat obat resep, penting bagi orangtua untuk lebih waspada dan berhati-hati dalam memberikan obat kepada anak. Kesehatan anak adalah prioritas utama, dan dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat, kita dapat mencegah risiko kejang yang tidak diinginkan pada anak.